Pada umumnya relasi bisnis dengan HAM di internal perusahaan
berkaitan dengan pekerja, produk, dan rantai pasok, bahkan dalam beberapa isu
kaitan dengan pekerja tidak hanya yang terikat langsung dengan perusahaan,
namun berkaitan dengan keluarga dari pekerja. Berikut adalah gambaran relasi
bisnis dengan HAM di internal perusahaan. Sementara itu relasi bisnis dengan
HAM di eksternal perusahaan berkaitan dengan masyarakat di lingkar perusahaan
dan komunitas yang lebih luas, termasuk isu anak, perempuan, masyarakat adat
dan kaitan dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.
Bisnis
yang mengabaikan HAM dampaknya akan sangat buruk bagi mayasrakat baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Bagi bisnis itu sendiri pengabaikan
HAM juga akan berpengaruh besar terhadap keberlanjutan bisnis maupun penerimaan
dipasar global. Misalnya saja pengabaikan HAM oleh perusahaan tambang batubara
yang di kemas dalam film Sexy Killers, memperlihatkan besarnya
dampak buruk operasional bisnis terhadap lingkungan dan manusia. Uji tuntas HAM
merupakan upaya nyata perusahaan untuk mengelola risiko pelanggaran HAM. Jika
hasil yang ingin dicapai adalah penghormatan HAM, maka uji tuntas HAM merupakan
proses yang harus dilakukan untuk mencapai dan menunjukkan hasil tersebut.
Secara
internal, karyawan akan merasa lebih nyaman bekerja pada perusahaan yang
komitmen pada HAM sehingga meningkatkan kinerja perusahaan secara umum. Secara
ekternal, dengan memastikan bahwa penerapan perlindungan HAM juga turut
diaplikasikan pihak ketiga yang bekerjasama seperti rantai pasok dan
distributor. Pada akhirnya, konsumen dapat menilai komitmen perusahaan pada
HAM, sehingga lingkungan usaha perusahaan bisa tercipta dengan baik. Perusahaan
yang menghormati HAM pada dasarnya sedang membangun kepercayaan pasar di
tingkat global dan melengkapi “Growing Respects for Human Rights” dengan
Perspektif ISO 26000.